Search Kisah Selir Kerajaan. 4 Kisah Cinta Terlarang yang Bikin Geger Dunia TOPIK TREND, 16/07/2017 Pouw Cin dan Bun Houw juga ikut mendengarkan kisah yang diceritakan secara menarik sekali oleh gadis yang pandai bicara dan lincah itu Pada zaman dahulu, di wilayah Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala Kali publik ini dihebohkan BukuSejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-agama Manusia (PDF) Sejarah Tuhan - Karen Amstrong | Azis Al Azmii - no longer supports Internet Explorer. Meminjamkata pepatah, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Setiap orang yang sukses selama perjalanan hidupnya, tak lepas dari tetes keringat seorang guru yang mendidiknya. Buku ini berisi kumpulan kisah para guru penggerak yang memiliki semangat dalam mendidik para siswanya dengan cara mereka masing-masing. Setidaknya kisah mereka terbagi menjadi HalimahAs-Sa’diyah Wanita Mulia Pengasuh Rasulullah SAW. Menurut sejumlah riwayat, dari sembilan sahabat Nabi Muhammad SAW yang utama, tujuh orang gugur sebagai syuhada. Dalam riwayat Bukhari disebutkan, yang tersisa hanya Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash. Peristiwa Uhud menyisakan kepedihan tersendiri di hati Hamnah binti Jahsy. Search Kisah Selir Kerajaan. Riwayat Kerajaan Tiongkok diwarnai intrik perebutan kekuasaan dan plot pembunuhan Demikian kisah dan prahara cinta Ken Dedes, Ken Arok dan Tunggul ametung dengan korban berdarah dari keturunannya The Downfall (2004) Buleleng tereletak dipesisir pantai, yang menyebabkan Buleleng sering disinggahi Kisah dimulai dengan KisahInspiratif Dibalik Buku 'Guru Penggerak 2020'. Meminjam kata pepatah, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Setiap orang yang sukses selama perjalanan hidupnya, tak lepas dari tetes keringat seorang guru yang mendidiknya. Buku ini berisi kumpulan kisah para guru penggerak yang memiliki semangat dalam mendidik para siswanya dengan cara gzeeNU. Sebagai seorang perempuan yang telah menikah, mendapatkan kabar bahagia sebuah kehamilan merupakan impian setiap pernikahan. Menikah dan punya anak menjadi impian saya saat itu, yah tentu saja punya anak juga menjadi impian suami saya dan keluarganya. Impian menimang cucu pertama dari kami. Saya menikah pada tahun 2017, tepatnya pada tanggal 8 Januari 2017. Saat itu saya masih bekerja pada salah satu institusi pendidikan di Makassar dan suami mengabdi pada salah satu rumah sakit daerah di Kota Sorong. Saya tidak pernah menyangka akan berjodoh dengan teman sendiri sewaktu SMA. Sama-sama kelahiran Kota Sorong Papua, yang memaksa saya untuk segera kembali ke kota kelahiran setelah betah selama 10 tahun menjadi warga Kota Makassar. Setelah 6 bulan kami mengarungi kehidupan berumah tangga, akhirnya kabar gembira tentang kehamilan pun dating. Perasaan yang teramat sangat bahagia. Bagi kami kehadiran seorang anak adalah berkah luar biasa dari Tuhan. Saat itu saking bahagianya seolah tidak ada satupun kata yang mampu mewakili rasa bahagia kami. Hari demi hari kebahagiaan kami makin bertambah dengan isyarat dari alam rahim dengan gerakan-gerakannya yang aktif. Kenyataan bahwa ada kehidupan dalam rahim saya sendiri, membuat saya semakin mensyukuri nikmat dan besar kasih sayang-Nya. *** Akan tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama kami rasakan. Ketika memasuki trimester kedua dalam kehamilan, anak kami dinyatakan “meninggal” dalam kandungan pada usia 27 minggu. Karena saat USG tidak terdengar lagi bunyi detak jantung janin sebagai tanda kehidupan dari alam rahim. Air ketuban pecah dini karena merembes. Itulah diagnosa dokter terhadap penyebab kehilangan anak kami. Menurut dokter, air ketuban merembes dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu sering memang hal yang normal. Namun, berkurangnya air ketuban dalam jumlah banyak akan menimbulkan risiko yang fatal bagi bunda dan janin yang ada di dalam kandungan. Air ketuban merembes atau bocor pada trimester pertama dan kedua dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti keguguran, cacat lahir, lahir prematur, hingga yang paling fatal adalah kematian bayi. Sementara itu, kehilangan air ketuban dalam jumlah besar di masa trimester ketiga akan menyebabkan kesulitan selama proses persalinan. Kabar itu membuat duniaku runtuh dan hancur. Selama berhari-hari jiwa saya merasa sangat terguncang. Saya belum siap dengan “kehilangan” ini. Berbagai penolakan atas kejadian tersebut saya ajukan kepada Tuhan. Mengapa harus saya Tuhanku? Mengapa kau ambil kembali setelah kau memberinya? *** Saya benar-benar memberi signal penolakan, bahwa kenapa harus saya yang mendapatkan ujian “kehilangan”. Lalu kenapa juga saya dipaksa harus mengikhlaskan semuanya. Sementara bukan hanya sakit fisik yang saya derita, tetapi sakit secara psikologis juga saya rasakan. Karena harus melahirkan bayiku sendiri dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Keadaan memaksa saya harus melewati proses kehilangan dengan melihat ibu-ibu lain memposting bayi-bayi mereka yang lahir dengan selamat dan sehat pada laman sosial media. Saya harus melihat teman-teman dengan usia kehamilan yang sama dengan saya menikmati proses kehamilan mereka sampai bayi mereka lahir dengan selamat. Sungguh sebuah potret kebahagiaan yang tidak adil bagi saya. Ibrahim adalah nama yang kami beri kepadanya. Saya tidak pernah menyangka secepat itu saya kehilangan dirinya. Sebagai seorang ibu yang merasakan pengalaman reproduksi setiap bulannya, sangat berat bagi saya mengikhlaskan kepergiannya yang begitu cepat. Bahkan sejak saat itu, rasa baper saya meningkat. Saya sangat sering menangis, bahkan sering terbangun di tengah malam menangis sesegukan. *** Sepanjang tahun 2018 merupakan tahun yang berat bagi saya. Pengalaman kehilangan sosok “Ibrahim” yang belum sempat saya asuh dan asih merupakan jalan takdir yang saya harus terima dan lalui. Dari kehilangannya pun saya benar-benar belajar tentang ilmu ikhlas. Ilmu yang sangat berat untuk mampu mencapai maqomnya. Membaca dan mendengar ceramah dari para pemuka agama tentang keuntungan dan upah besar yang menanti bagi orang tua yang kehilangan anaknya sebelum memasuki usia baligh adalah sebuah kabar gembira dari Tuhan. Karena anak tersebut meninggal dalam keadaan masih suci. Mendengar akan hal itu segala penolakan yang saya tunjukkan di awal kehilangan Ibrahimakhirnya luluh. Saya belajar tentang arti kehilangan yang sesungguhnya. Bahwa benar, betapa kehilangan membuat kebahagiaan seketika menjadi lenyap. Betapa kehilangan mampu merubah keadaan suka menjadi duka. Tidak ada senyum di sana, tidak ada gelak tawa. Hanya gemuruh kesedihan yang saya rasakan. Namun, hikmah dan upah Allah SWT untuk orang tua yang bayinya meninggal, sangatlah besar dan itu adalah keberuntungan yang akan kami terima pada hari akhir nantinya. *** Seperti Nabi Daud yang ditinggal mati oleh putranya. Ketika berkesedihan beliau begitu mendalam dan Allah menanyakan kepadanya, “Wahai Daud, apa perumpamaan anak itu bagimu?” “Wahai Tuhanku, bagiku ia seperti butiran emas yang memenuhi bumi ini.” Kemudian Allah berfirman, “Di hari Kiamat kelak, engkau memiliki pahala di sisi-Ku setara dengan isi bumi ini.” Bagi mereka yang mungkin merasakan pengalaman yang sama dengan saya. Tentu bukanlah hal yang mudah. Namun anak-anak kita yang telah meninggal itu setidaknya mengajarkan kita sebuah “ilmu ikhlas”. Anakku Ibrahim telah mengajarkan saya tentang ilmu itu. Karena tidak ada rasa sedih yang lebih mendalam dari ditinggal oleh sang buah hati. Cerita Inspiratif nilai dari sebuah keikhlasan dan kegigihan. Banyak sekali cara Tuhan untuk mengingatkan kita, pentingnya menghargai orang lain yang memiliki kekurangan, baik itu fisik maupun materil. Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang meminta untuk dilahirkan seperti itu, mereka juga berharap bisa hidup normal, atau lahir dari orangtua yang berkecukupan. Untuk itu, kita wajib merangkul dan tidak menghinanya. Sudah bukan jamannya lagi kita malu dengan kemiskinan, justru kita harus malu jika masih terus terusan meminta ini dan itu kepada orangtua. Sekarang ini, jamannya anak-anak yang hebat, anak yang bisa membanggakan kedua orangtua, baik dengan prestasi, maupun dengan perbuatan dan tingkahlaku berbakti. Cerita inspiratif untuk anak sekolah agar tetap ikhlas dan gigih dalam kebaikan, khususnya belajar dan berbakti kepada orangtuaPesan Moral dari Cerita Inspiratif Cerita inspiratif untuk anak sekolah agar tetap ikhlas dan gigih dalam kebaikan, khususnya belajar dan berbakti kepada orangtua Cerita inspiratif yang menyentuh hati pic pinterest Seorang anak gelandangan yang biasa menjual jasa semir sepatu di sekitar stasiun kereta, berjalan seperti orang pincang, dia bukan acting untuk dikasihani, Sudah lama sandal itu rusak, namun tetap dia perbaiki seadanya. Sambil duduk di pinggiran veron stasiun, tempat biasanya membuka lapak, dia mencoba memperbaikinya lagi, namun apa daya, bukan talinya yang putus, melainkan lubang untuk mengaitkan tali bagian depannya sudah longgar. sudah tidak mungkin untuk diperbaiki lagi. Baca juga Cerita inspiratif dari Merry Riana Sambil termenung sedih, dia menatap dengan tatapan kosong kearah depan. Nampak dari kejauhan, seorang anak seusianya ingin berangkat sekolah, dengan seragam yang bersih dan rapih. Berjalan beriringan seorang ayah di belakangnya, sepertinya seorang pegawai kantoran yang searah dengan sekolah anaknya. Sesekali anak itu membungkuk, berusaha membersihkan sepatu hitam pekat dengan tisu basah miliknya, beberapa kali dia terdorong orang lain, karena begitu banyak orang yang keluar masuk stasiun itu. Dari kejauhan, gelandangan itu terus memperhatikan sepatu yang dipakainya, sepatu itu baru dan mahal, terlihat dari logo yang menempel dan semua orang tahu itu. Beberapa kali dia juga pernah diminta untuk membersihkan sepatu model itu. Caption cerita inspiratif Mereka dipersilahkan duduk, oleh salah seorang pengguna kereta yang sudah duluan berada di sana, asalannya adalah karena orangtua itu membawa anak kecil. Anak itu masih terus berusaha membersihkan sepatunya yang mungkin masih dia anggap kotor. Tidak lama, kereta yang ditunggu akhirnya datang juga, Ayah anak itu bergegas mengajaknya untuk menaiki kereta. Penumpang yang berebut ingin masuk duluan, ternyata membuat salah satu sepatunya terlepas dan tertinggal di veron. Anak gelandangan itu segera berlari mengambilnya dan mengejar kereta yang mulai berjalan. Rupanya anak itu tahu dan sadar bahwa sepatunya terjatuh, kereta itu tidak memiliki pintu pada masing-masing gerbongnya. Ayah anak itu memegang erat tangannya agar tidak jatuh, gelandangan itu masih terus berlari mengejarnya, sampai akhirnya dia tersungkur jatuh. Walau pun begitu, dia terus berlari, kemduain melemparkan sepatu itu dengan sekuat tenaganya. Baca juga Pengalaman study tour ke Bali Sayang, sepatu itu hanya mengenai telunjuk ayahnya dan terlempar jauh. Gelandangan itu mengangkat kedua tangannya sambil berlutu kelelahan. Dengan raut muka yang sangat sedih seperti meminta maaf. Tidak disangka, anak itu melemparkan sepatu satunya lagi, dan mengucapkan terima kasih atas usahanya. Begitu bahagianya dia, memiliki sepasang sepatu mahal yang tidak dia sangka-sangka bisa memiliki sepatu sebagus itu. Pesan Moral dari Cerita Inspiratif Cerita inspiratif anak jaman now pic pinterest Keikhlasan dan kegigihannya dalam berusaha menolong orang lain, membuatnya diberikan ganjaran hari itu juga, bukan sandal yang dia dapat, melainkan sepatu baru yang ber merek dan mahal. Begitu juga jika bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam belajar, tidak akan merasa bosan dan malas, karena keikhlasan membuat semuanya menjadi nyaman dan happy senang. Semoga cerita inspiratif ini bermanfaat untuk kalian semua, terima kasih. Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya ibadah. Bahkan para ulama mengatakan, ruhnya amal adalah ikhlas. Dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu Atho'illah As-Sakandari wafat 1309, menceritakan salah satu akhlak mulia Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam SAW. Beliau mengajarkan hakikat ikhlas yang begitu suatu hari saat Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan beberapa sahabatnya. Datanglah seorang perempuan kafir membawa beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah menerimanya dengan senyuman gembira. Lalu mulailah jeruk itu dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tersenyum. Sebiji demi sebiji hingga habislah semua jeruk tersebut. Maka ketika perempuan itu meminta izin untuk pulang, maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit pun Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun menjawab "Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk itu terlalu asam sewaktu Aku merasakannya pertama kali. Kalau kalian ikut makan, Aku takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan dahi atau memarahi perempuan tersebut. Aku takut hatinya akan tersinggung. Sebab itu Aku habiskan semuanya."Akhlak yang agung seperti ini tidak dapat dipoles di permukaan, tetapi semata-mata karena ada cahaya ikhlas yang sudah tertanam di dalam hati. Sikap dan perilaku adalah cerminan hati. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda"Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, 'Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah', lalu Allah berfirman, 'Ikhlas adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku". Kata Syeikh Ibnu Atho'illah, tidak ada amal-amal yang agung dapat tegak kecuali Allah telah menanamkan cahaya ikhlas yang dapat menghidupkan amalnya. Amal adalah geraknya badan lahir atau hati. Amal itu digambarkan sebagai tubuh jasad. Sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. Badan tanpa ruh berarti mati. Allah Ta'ala berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus. Al-Bayyinah 5. Di ayat lain, "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan ikhlas kepada-Nya. Az-Zumar 2.Ikhlas itu bertingkat sesuai perbedaan orang yang beramal. Pertama, keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah adalah bersih dari pada riya' yang nampak maupun yang tersembunyi. Tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, dan supaya diselamatkan dari keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah. Ia beramal hanya karena mengagungkan Allah, karena hanya Allah Dzat yang wajib diagungkan, bukan karena pahala atau selamat dari siksa neraka. Perempuan sufi Robi'ah al-'Adawiyyah pernah bermunajat kepada Allah "Ya Allah, aku beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu." Ketiga, keikhlasan orang-orang yang sudah ma'rifat mengenal kepada Allah. Mereka selalu melihat kepada Allah, gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Allah. Mereka tidak merasa kalau bisa beramal, kecuali diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri. Wallahu A'lam bisshowab.rhs Terkadang keikhlasan hanya bisa diukur oleh rasa. Karena mudah sekali bilang ikhlas tetapi hati masih merasa bimbang. Mari kita belajar dari kisah inspiratif tentang ikhlas berikut ini yang dibagi dalam tiga cerita. Ada kalanya untuk memahami sebuah rasa kita lebih mudah melalui cerita daripada nasihat orang bijak. Yang pertama kita akan menyimak sebuah kisah inspiratif tentang ikhlas dalam berkarya. Kedua cerita tentang menjadi orang ajaib melalui keikhlasan, dan yang ketiga cerita tentang ikhlas dengan perumpaan ubi dan kambing. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Dalam Berkarya Siapa yang tidak kenal dengan kitab ­Matan al-Ajurumiah atau biasa cukup disebut Jurumiyah? Salah satu kitab nahwu yang sangat populer dalam dunia pendidikan, khususnya pesantren. Kitab sederhana dan ringkas ini menjadi pelajaran pokok di hampir semua pondok pesantren. Penjelasannya tidak terlalu luas dan lebar, akan tetapi manfaat dan berkah di dalamnya sangat banyak. Bahkan, orang-orang yang hendak bisa baca kitab kuning, terlebih dahulu mempelajari kitab ini. Luasnya manfaat dan banyaknya keberkahan kitab Jurumiyah tidak lepas dari peran penulis yang begitu ikhlas ketika menulis. Ia berupaya menghilangkan manusia dalam benak pikirannya dan murni menjadikan Allah sebagai tujuannya. Ia tidak membutuhkan pujian maupun tepuk tangan dari orang lain, yang ia inginkan hanyalah ridha dari Allah swt. Penulisnya adalah Syekh Shanhaji. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Ajurrum as-Shanhaji. Beliau dilahirkan di kota Fes, Maroko, tahun 672 H, dan wafat pada tahun 723 H. Namanya dikenang sepanjang masa disebabkan karyanya yang sangat sederhana namun ada keikhlasan di dalamnya, sehingga karyanya terus berlanjut dan dipelajari oleh umat Islam. Imam Kafrawi dalam Syarah kitab Jurumiyah, menyebutkan perihal keikhlasan Syekh Shanhaji ketika menulis kitabnya. Menurutnya, ketika Syekh Shanhaji hendak menulis kitabnya, ia menghadap kiblat dan memohon kepada Allah untuk memberikan manfaat dan keberkahan di dalam karyanya. Ketika beliau berhasil merampungkannya, beliau justru membuang kitab yang sudah ditulisnya ke tengah lautan, kemudian berkata, “Apabila kitab ini murni ikhlas semata karena Allah swt, maka tentu tidak akan basah” Imam Kafrawi, Syarah al-Ajurumiyah, [Maktabah al-Hidayah, Surabaya], h. 27. Atas izin Allah dan berkat keikhlasan Syekh Shanhaji dalam beramal, kitab Ajurumiyah yang ditulisnya tidak basah sedikit pun, bahkan banyaknya air di samudera tidak membekas pada kitab tersebut. Ajurumiyah tetap utuh sebagaimana sebelum dilempar pada lautan. Masyaallah. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Menjadi Orang Ajaib Dalam sebuah cerita, Rasulullah SAW pernah mengisahkan sebuah kisah tentang seseorang atau si fulan yang bersedekah 3 kali namun 3 kali salah memberikan sedekahnya. Si Fulan berdo’a memohon petunjuk kepada Allah SWT. “Ya Allah, tunjukkan kepada saya seseorang yang berhak menerima sedekah.” Hari pertama, si fulan bersedekah pada seorang laki-laki. Namun, esok harinya orang-orang gempar membicarakan jika “semalam ada pencuri yang mendapat sedekah”. Mendengar hal itu, si fulan bersedih karena merasa Ia telah salah sasaran dalam bersedekah. Kemudian si Fulan berdo’a, memohon petunjuk kepada Allah SWT. “Ya Allah, tunjukkan kepada saya seseorang yang berhak menerima sedekah.” Dikemudian hari, si Fulan bersedekah kepada seorang perempuan. Namun, esok harinya orang-orang kembali gempar membicarakan jika “semalam ada pezina mendapat sedekah”. Mendengar hal itu, si Fulan kembali merasa bersalah dan bersedih karena telah salah sasaran lagi dalam memberi sedekah. Si Fulan tetap ingin bersedekah, sedekah ketiga kalinya ia tidak tahu jika ternyata yang diberi sedekah adalah orang kaya. Hingga malam harinya, kembali digemparkan orang-orang yang membicarakannya jika “semalam ada orang kaya yang mendapat sedekah”. Si Fulan kembali bersedih, karena tiga kali bersedekah merasa telah salah sasaran dalam memberi sedekah. Ia merasa bahwa Allah SWT tidak mengabulkan keinginannya untuk bersedekah pada orang yang berhak menerima sedekah. Malam keempat setelah si Fulan melakukan sedekah, ia bermimpi bertemu malaikat. Dalam mimpinya tersebut, Malaikat menyampaikan jika sedekahnya diterima oleh Allah SWT. “Ya Fulan, sedekahmu yang pertama Allah terima. Lewat sedekahmu, kamu telah menghalanginya untuk mencuri karena sudah mendapatkan harta darimu.” “Sedekahmu yang kedua, Allah terima. Karena lewat sedekahmu telah menghalangi seseorang dari berzina. Karena dia sudah mendapatkan apa yang dia butuhkan sehingga dia tidak perlu berzina.” “Sedekahmu yang ketiga Allah terima juga, karena berkat sedekahmu pada orang kaya, kamu telah menyadarkan orang kaya yang kikir menjadi orang kaya yang dermawan.” Inilah yang dinamakan keberkahan dari niat baik penuh keikhlasan dalam melakukan amal kebaikan. Salah satunya dalam hal bersedekah. Kisah di atas juga merupakan penjelasan dari hadits arba’in yang ke satu, yang berbunyi “innamal a’malu bin niyat…” Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Jika niat kita benar, ikhtiar beramal sholih dengan tulus dan ikhlas, meskipun ternyata kita keliru. Allah SWT tetap memberi kita pahala sesuai dengan niat yang benar tersebut. Allah SWT tidak melihat penampilan seseorang dari tampilan luarnya saja. Allah SWT tidak melihat perbuatan seseorang dari yang tampak saja, melainkan Allah SWT melihat setiap orang dari isi hatinya. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Dari Ubi dan Kambing Di suatu pondok yang sederhana, hiduplah seorang guru tua dengan istrinya. Sang guru sudah puluhan tahun mengajar di sebuah sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Guru ini sangat baik hati dan dihormati oleh murid-muridnya. Suatu hari, seorang mantan muridnya datang ke rumahnya. Ia membawa seikat ubi yang diamanahkan oleh ayahnya sebagai oleh-oleh pada sang guru. “Pak guru, saya membawa ubi. Hanya ini yang saya dan keluarga punya untuk membalas kebaikan bapak,” ujarnya. Melihat muridnya yang lugu dan tulus, sang guru tersentuh. “Kok repot-repot, Nak? Duduk di sini dulu ya. Kamu pasti capek jauh-jauh dari desa bawa ubi. Bapak ke belakang dulu,” ujar sang guru. Pria paruh baya itu pun berjalan ke belakang dan menemui istrinya. “Bu, kita punya apa? Ini muridku bawa ubi,” kata pria itu. Sang istri melihat ke dapurnya. Tidak ada apa-apa selain alat masak, bumbu dapur dan air minum. “Punya apa kita, Pak? Wong kita cuma punya kambing peliharaan bapak itu di belakang,” jawab istrinya. Guru itu pun mengangguk-angguk, “Oo.. Ya sudah ini ubinya disimpan. Buatkan muridku minum ya, Bu. Kita kasih kambing saja,” kata pria itu. Istrinya mengangguk dan membuatkan teh hangat untuk muridnya. Sementara pria itu mengambil kambing peliharaannya. “Ini, Nak. Bawa pulang, ya? Bilang terima kasih pada bapakmu,” kata pria itu. Muridnya terkejut, tapi ia sangat berterima kasih pada gurunya yang memang baik hati itu. Tak lama, ia pun pulang dari pondok gurunya. Di jalan, murid ini bertemu dengan temannya. Teman tersebut bertanya dari mana ia mendapat kambing. Murid yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia membawa ubi hingga dapat kambing. Mendengar cerita itu, murid yang satu ini tergiur mendapat pemberian yang sama dari gurunya. Ia pun segera pulang dan menceritakan kejadian itu pada ayahnya. Sang ayah yang juga tergiur berkata, “Wah, mungkin kalau kamu bawa kambing, nanti kamu akan diberi sapi, Nak.” Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka memberi yang besar, maka mereka akan menerima yang lebih besar lagi. Maka, sore itu pergilah murid yang satu ini membawa kambing ke rumah gurunya. Sang guru kaget, baru saja ia memberi kambing pada muridnya, sekarang ia menerima kambing lain yang menggantikan kambingnya. Maka buru-buru ia menemui istrinya, “Istriku, kita dapat kambing lagi. Alhamdulillah. Kita cuma punya ubi, ya? Ya sudah berikan saja ubinya untuk muridku,” ujarnya. Maka sang guru keluar membawa 3 ikat ubi yang diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang diberikan gurunya, murid kedua ini terkejut. Antara agak kecewa dan harus tetap senyum di depan gurunya. Maka ia pun pulang dengan membawa 3 ikat ubi, bukan sapi seperti yang dia harapkan. Dari kisah inspiratif di atas bisa kita mengambil hikmah dari bagaimana dampak dari sebuah niat. Murid pertama memang berniat untuk mengunjungi gurunya, sedangkan murid kedua berkunjung agar mendapatkan sapi. Hikmah yang bisa kita petik dari ketiga kisah inspiratif tentang ikhlas di atas adalah keikhlasan yang bersumber dari dalam hati, bukan lagi untuk mencari pujian, mendapatkan pahala, ataupun berharap balas budi dari orang lain. Ibarat gelas yang bocor, keikhlasan yang tidak dilandasi dengan niat dari hati karena mengharap ridho Allah SWT semata, maka seberapa banyak pun gelas diisi akan tetap kosong. Maka janganlah jadikah hidup kita seperti gelas yang bocor dan jangan jadi orang yang punya niat ingin mendapat balas budi seperti kisah inspiratif tentang ikhlas yang ketiga. Sumber JAKARTA - Imam Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik, atau dikenal dengan sebutan Imam Qusyairi wafat 465 H dalam kitab tafsirnya memposisikan ikhlas sebagai landasan dari segala ibadah. Menurutnya, tanpa keikhlasan, semua amal ibadah atau amal shaleh tidak bisa diterima oleh Allah, dan hanya menjadi pekerjaan yang tidak membawa manfaat bagi orang yang mengerjakannya. Dalam kitbanya Lathaif al-Isyarat, Imam Qusyairi mengartikan ikhlas sebagai upaya memposisikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dan tulus melakukan segala amal kebaikan hanya untuk Allah SWT. Dengan keikhlasan, semua amal ibadah akan lebih sempurna dan lebih besar kemungkinan untuk diterima oleh-Nya. Ada sebuah kisah yang menerangkan pentingnya keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu. Kisah ini berawal pada masa Imam Malik bin Anas, tepatnya ketika dia berupaya mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah dalam satu kitab yang kini dikenal sebagai kitab Muwattha’. Inspirasi itu datang karena pada masanya, tidak banyak ulama yang berusaha mengumpulkan hadits dalam satu kitab khusus. Niat ini pertama kali dicetuskan oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur yang saat itu bertemu dengan Imam Malik dan melihat hafalan dan penjelasan beliau yang kuat tentang hadits Rasulullah. Khalifah pun memohon agar sang imam berkenan menuliskan kitab khusus yang berisi hadits-hadits Rasulullah. Namun Imam tidak langsung mengiyakan permintaan Abu Ja’far, karena menurutnya setiap orang memiliki metode dan cara masing-masing untuk mengetahui dan memahami hadits Rasulullah, sehingga tidak pantas jika hanya membatasi dengan pemahaman dari persepsinya saja. Namun akhirnya, Imam Malik mencoba mengakomodasikan hadits-hadits Rasulullah yang dia ketahui menjadi satu sembari mencari hadits lain yang beliau dia ketahui. Di sela-sela perjuangannya, mulai bermunculan orang-orang yang mengomentasi usahanya bahkan ingin menyainginya, kebanyakan dari mereka hanya ingin mendapatkan pujian dari khalifah atau masyarakat. Berbeda dengan Imam Malik yang tulus dan ikhlas mengumpulkan hadits Rasulullah tanpa ada niatan untuk mendapatkan pujian dari pihak mana pun. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

kisah inspiratif tentang ikhlas